22 November 2009

Ujian didepan mata: Haruskah Dispensasi Pembayaran menjadi momok santri TMI? Kalau terjadi di santri kelas akhir "Apa Kata Dunia?!"

Ada-ada saja perbuatan yang dilakukan oleh santri TMI. Setiap menjelang waktu ujian pasti banyak yang sibuk dengan meminta dispensasi untuk tidak melunasi pembayaran sesuai perjanjian. Lihat saja ujian kenaikan kelas kemarin, ada seorang santri yang memang notabenenya adalah anak orang diatas rata-rata dalam masalah finansial. Eh, ternyata sama sekali belum membayar iuran wajib pondok selama satu tahun. Menurut teman-temannya dan laporan dari orang tuanya ke pondok ia selalu dikirimin uang sebanyak Rp. 500.000,- sampai Rp. 1.000.000,- an tiap bulannya. Namun anehnya, ia belum pernah sekalipun membayar uang iuran pondok selama satu tahun. Astaghfirullah….
Lain lagi masalahnya kalau sampai perbuatan tersebut menjadi penyakit santri kelas akhir. Kita bayangkan saja apakah ada manusia yang tidak butuh dengan makan tiap harinya?. Pasti jawaban yang pertama kali terpikirkan adalah "manusia tersebut akan mati" secara perlahan. Sama halnya dengan sebuah panitia acara yang ingin mengadakan suatu kegiatan besar umpamanya, mengadakan acara apel tahunan tapi tidak ada anggaran yang turun dari bagian yang terkait. Apa jadinya acara tersebut?. Pasti bakalan gagal total, karena segala sesuatunya membutuhkan dana yang cukup banyak. Begitu juga pastinya kan kalau sampai penyakit tersebut menjalar di santri kelas akhir. Apakah program-programnya akan berjalan? Apa kata dunia?! Kalau sampai tidak ada wisuda.

Santri Kelas Akhir Diwajibkan membuat jurnal 3 harian tentang data kejadian-kejadian diri

Ada lagi program terbaru santri kelas akhir tahun ini. Yaitu membuat jurnal 3 harian tentang data kejadian-kejadian diri pribadi. Dan yang paling berperan besar dalam program ini ialah semua ketua kelompok dari masing-masing kelompok niha'ie. Setelah nantinya ketua kelompok mendata semuanya, barulah panitia niha'ie merekapnya dan kemudian disampaikan ke Bapak Pimpinan.
Melalui program ini juga, seluruh santri kelas akhir diberi ruang untuk lebih leluasa mengajukan berbagai usulan atau "Iqtiroohaat" kepada Bapak Pimpinan. Usulan-usulan itu akan menjadi sebuah acuan dalam usaha Muhasabah Diri dan Introspeksi Diri. Mengapa kok mesti Muhasabah diri? karena jika diri pribadi sudah merasa menjadi pribadi yang baik, maka secara otomatis diri itu akan sadar diri. Nah, untuk yang demikian itulah maksud dari diharuskannya bermuhasabah diri dan introspeksi diri. Seseorang akan sadar fungsi dan sadar posisi jika rasa kesadaran diri sudah berpihak kepadanya dengan tanpa perlu menggunakan tongkat yang dipakai oleh seorang tuan ketika menghukum budaknya.