13 Oktober 2009

Yakinlah pada Diri Sendiri


Masih jelas dalam ingatan saya ketakutan-ketakutan saya di waktu kecil. Saya merasa terus dikejar-kejar oleh sesuatu yangh menakutkan, sekaligus pula dihinggapi rasa sangsi terhadap diriku sendiri. Karena itu, Saya lalu berpikir bahwa diri saya tidak becus, saya merasa rendah diri. Saya berkata dalam hati bahwa saya tidak bisa mencapai sesuatu dengan otak saya dan pribadi saya. Saya jadi pemalu, suka mengucilkan diri, segan bergaul. Pendek kata saya menjadi manusia yang penakut. Orang-orang menganggap Pembawaan saya itu sebagai diri saya yang sebenarnnya. Sampai pada suatu malam, sebelum hari wisuda, kami mengadakan pesta perpisahan di lingkungan asrama dengan tamu kehormatan Drs. Hermawan. Tubuhnya tinggi dan kekar. Ia memiliki kepribadian yang demikian kuatnya, sehingga seolah-olah ia bisa membaca jalan pikiran seseorang. Ia bisa membaca sifat, kelebihan, dan kelemahan seseorang. Sehabis acara beliau berkata, "Datanglah kerumah saya besok pagi, Sunar. Saya ingin berbincang-bincang denganmu." Maka, dengan rasa takut meliputi diri saya.
Apakah saya tidak lullus mata ujian Akuntansi? Tidak mungkin. Sebab, besok adalah hari wisuda. Nilai indeks prestasi saya pun selama ini tidak bermasalah. Dalam perjalanan pulang kami berbincang mengenai kehidupan, yang bisa dibangun dengan baik melalui cara berpikir yang benar, keyakinan yang teguh, dan tindakan yang cepat. Tatkala kami tiba dirumah beliau, beliau berddiri sejenak dan meletakkan tangannya ke atas bahu saya, "Sunar", katanya. "Saya yakin akan kemampuanmu. Karena itu, belajarlah memanfaatkan kemampuanmu itu. Saya yakin kamu bisa menjadi penulis yang hebat. Saya telah membaca artikelmu di majalah pondok. Analisamu cukup tajam dan berbobot, tapi ada keraguan dalam membahas permasalahan." Lalu, ia menatap wajah saya agak lama, "Akan tetapi," demikian ia melanjutkan. "kamu harus belajar percaya pada dirimu sendiri. Buanglah rasa takut dan rendah diri serta keragu-raguan dalam dirimu itu. Janganlah takut terhadap siapa-siapa atau terhdap apapun juga. Juga tidak terhadap dirimu sendiri. " Ia menepuk bahu saya keras-keras dan berkata, "Saya senang padamu, dan akan tetap yakin atas kemampuanmu. Tak perlu kamu takut. Lupakanlah rasa takut itu, dan hiduplah dengan sikap leluasa." Saya merasa hati saya melambung setinggi gunung. Orang yang terkenal sebagai Guru killer itu menaruh kepercayaan terhadap diri saya. Rasa takut dan rasa malu saya tiba-tiba hilang lenyap. Mulai saat itu batin saya merasa lega. Tentu saja saya masih mengalami pasang surutnya rasa takut dalam diri, akan tetapi saya telah memperoleh bekal kemenangan dari beliau bahwa saya bisa memegang peranan yang penting dalam hidup ini. Saya sadari bahwa inilah saat yang terakhir kalinya saya masih sempat bertemu dengan orang ini di dunia. Ia begitu saya kagumi. Saya menjabat tangan beliau dengan sangat erat, sdanglkan nbeliau menonjok perut saya dengan tinjunya yang ringan. "Saya senang padamu, anak muda!" demikianlah tukasnya dalam tulisannya kemudian. "Saya yakin kau akan menjadi seorang yang berkepribadian kuat. Majulah terus dan sedikit pun kau tak perlu merasa takut." Demikianlah, dalam mengatasi kesulitan rasa takut, yang terpenting adalah diri Anda itu harus merasa bebas dari semua konflik batin, sehingga Anda bisa melakukan pendekatan terhadap suatu keadaan dengan sikap wajar. Ambilah langkah-langkah pendahuluan yang tepat. Percayalah pada Tuhan, pada diri Anda sendiri, dan pada orang lain. Lalu, laksanakanlah tugas Anda sehari-hari tanpa perlu Anda merasa takut atau cemas sedikit pun juga. red (Buat teman-teman saya yang sekarang mengabdi di lembaga-lembaga seluruh Indonesia, pesan kami para abdi dalam "Janganlah merasa takut pada hal apapun selama kita tidak pinya masalah, percayalah pada diri sendiri dengan seyakin-yakinnya. "Al-I'timadu 'Ala Nafsi Asaasun Najah")

Tumbuhkan Dasar-Dasar Kekayaan Pribadi

“ Siapa yang mencintai uang tidak akan puas dengan uang, siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilan. Kekayaan pribadi itu adalah kebijaksanaan dan pengertian.”


Tidak ada seorang pun dimuka bumi yang ingin hidup miskin atau melarat. Semua orang pasti mendambakan hidup yang serba berkecukupan karena dengan tercapainya sesuatu kekayaan yang memadai, semua yang menjadi kebutuhan kita akan dapat tercapai. Dan bahkan lebih dari itu, secara tidak disadari di dalam pergaulan, kita pun akan mendapatkan suatu kenyataan seseorang yang disegani, dihormati, dan sekaligus akan memperoleh kepercayaan dalam arti kata yang luas dalam kekayaan!!
Saya yakin pula, bahwa di dalam hal untuk mencapai kesuksesan seperti kita inginkan, setidaknya kita telah mempunyai prinsip atau pedoman tertentu. Itu adalah suatu hal yang wajar. Tetapi, disarankan kita untuk dapat secara terus menerus memperbaiki, memperkaya, dan menambah pedoman-pedoman yang dapat mematangkan cara berpikir kita. Pengalaman-pengalaman itu sendiri nanti akan banyak memberikan pelajaran bagaimana seharusnya kita berkehendak dan bertindak. Banyak pengalaman pahit yang akan mencetak seseorang untuk menjadi lebih dewasa. Syaratnya kita hanya perlu meningkatkan kesadaran serta menggunakan “kecerdikan” kita, untuk menimba pengalaman itu yang sebanyak-banyaknya. Kita dapat juga menimba pengalaman dengan mendalami hal-hal penting. Namun, yang lebih penting lagi adalah timbulnya “kecerdikan” yang memadai, karena jika ini sudah tercipta, tidak saja akan mempercepat dari perjuangan atau usaha kita, tetapi juga memberikan pengembangan yang luas pada perjuangan atau usaha kita. red